Diacara malam pentas seni kampus, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam lewat. Walau sedikit bosan dengan pertunjukkan sebelumnya aku masih dengan setianya duduk dibarisan terdepan bagian penonton. Tibalah pertunjukkan terakhir, keluarlah dua orang pria dari belakang panggung, yang satu berambut gimbal dengan memegang jimbenya, dan pria disebelahnya dengan tampilan sederhana mengenakan sebuah topi hitam, beri saja dia nama Pria Bertopi.
Mata ini tak henti-hentinya menatap pria bertopi itu, cukup jauh jaraknya antara panggung pertunjukkan dan barisan penonton, dari jauh otakku mulai bekerja dengan sedikit menerawang siapa dia, dia sangat mirip dengan pelatih teaterku waktu sma.
Lebih jauh memperhatikannya, dia mengenakan kaos oblong berwarna hitam yang dipadukan dengan celana jeans dan memakai sepatu yang mulai tampak kusam sambil memegang gitarnya. Selesai ngecek sounds dari gitarnya, jrenggggg…… that’s my music, Reggae, malam itu dia membawakan sebuah lagu berjudul Good Bye Anjing, Steven n Coconut Trezz, like his voice!!!
Sejenak menikmati suarnya, teringat lagi, siapa dia? Pelatih teaterku? Ahh entahlah, aku makin penasaran saja.
Acara akhirnya selesai juga, akan tetapi rasa penasaranku terhadapnya belum selesai sampai disitu. Aku berinsiatif menanyakan pada ketua panitia acara waktu itu, sayangnya dia juga tidak begitu mengenalnya dan hanya memberikan saran untuk menanyakan hal ini ke kakak ketua himpunanku, Kak Andri namanya.
Dengan langkah kecil aku mencoba mendekati Kak Andri, tetapi teman dekatku Dinda namanya memanggilku dan mengajakku untuk segera pulang karena mamanya telah menunggu kita di depan. Belum sempat bertanya ke Kak Andri, aku sudah harus meninggalkan tempat itu. Ahh!!!
Di atas mobil, dengan segera aku mengambil handphone ku, sial!!! Ternyata handphone ku lowbath. Bingung!!! Akhirnya saya meminjam handphone Dinda dengan alasan ingin menghubungi orang rumah untuk segera membukakanku pintu. Daftar kontak di handphone saya mencari nama Kak Fahri, ketua panitia acara malam itu. Yess!!! Aku mendapatkannya. Dengan segera ku kirimkan sebuah pesan agar Kak Fahri menyampaikan permintaanku ke Kak Andri. Lima sepuluh menit berlalu balasan sms tidak kunjung datang, ya sudah mungkin belum waktunya, dan aku pun tiba di rumah saya.
Dengan persaan sedikit kecewa, ku menaiki anak tangga menuju kamarku, nge-charge handphone dan mulai menyalakannya. Aku mencoba menghubungi Kak Fahri lagi, dan tak cukup semenit balasan sms datang berisikan siapa nama pria itu sekaligus nomor handphonenya.
“malam, dengan kak Erik ya?”, sebuah pesan singkat yang kukirimkan di nomor 085255800xxx, mungkin di malam itu salah satu urat malu yang menjalar di dalam tubuhku ada yang terputus. Sepuluh lima belas menit berlau, tidak ada balasan satupun dari nomor itu. Hanya balasan dari Kak Fahri yang masuk berisikan agar saya menanyakan lebih lanjut ke Kak Andri.
Balasan dari Kak Andri pun masuk, dan berisikan “saya sudah menyampaikan semuanya de ke dia, tunggu saja balasan darinya”.
Akhirnya pria bertopi itu membalas sms yang sedari tadi ku kirimkan padanya. Diawali sebuah perkenalan, bercanda, bertukar pikiran, dan sebagainya. Ahh, dia humoris, mengasyikkan, tetapi bagaimana tanggapan dia terhadapku? Ahh, entahlah yang terpenting aku sudah mengenalnya yang ternyata dia bukan pelatih teaterku. Mengetahui hal itu, smsan yang kami lakukan tak terhenti sampai disitu.
Aku senang telah mengenalnya…
Wajahnya terbayang sepanjang malam itu, suaranya yang sedikit serak, pria bertopi.....
Be continued………