Kamis, 02 Juni 2011

Pria Bertopi #3


Masuk di malam kedua pelatihanku, waktu menunjukkan pukul 00.00. selesai diskusi kami dihibur dengan pemutaran sebuah film Marry and Max. Rasa kantuk menghampiriku aku pun tertidur di depan layar lebar tempat pemutaran film tadi.
                Tak lama dalam tidurku aku pun terbangun karena merasakan sakit pada punggungku, ukkhhh!!! Ku raih handphone disampingku, 7 panggilan tak terjawab 3 pesan baru. Ku periksa ternyata dari orang yang sama, dia Pria Bertopi. Aku pun langsung menghubunginya dan menanyakan ada apa dia menghubungiku.
                “ada apa kak? Kakak sudah dimana sekarang?”, ternyata dia sudah tiba dirumahnya satu jam yang lalu. Udara sangat dingin, ternyata di luar sedang hujan, aku pun kembali menghubunginya dan memastikan dia tidak kehujanan. Baguslah, dia kembali kerumah dalam keadaan baik-baik saja dan segera mungkin ku mmenyuruhnya untuk lebih cepat beristirahat.
                Lima belas menit berlalu, satu pesan baru. “adek, saya sudah dijalan, tunggu ya”, “ia kak hati-hati dijalan ya” jawabku dalam pesan. Tak cukup sepuluh menit dia sudah ada di depan, ku menyuruhnya masuk ke teras karena diluar masih hujan walaupun hanya rintik kecil.
                Di teras, kami sibuk ngobrol, dia duduk di salah satu motor yang terparkir di tempat pelatihanku. Mata memperhatikan wajahnya, tampak lucu hmm. Tak lama Kak Andri keluar dari dalam dan ikut dalam obrolan kami berdua, sedikit sindiran untuk kami berdua “kapan kalian jadian?”, ku hanya tersenyum dalam diamku. Kak Andri pun kembali ke dalam berganti dengan Kak Igar yang keluar, salah satu kakak seniorku yang juga kekasih dari teman dekatku Dinda. Tak cukup lima menit Kak Igar kembali masuk, tinggallah kami berdua di teras.
                Kami pun melanjutkan obrolan kami, obrolan yang tak jelas, temanya apa, tujuannya apa, judulnya apa, tetapi semua tetap mengasyikkan. Melakukan hal-hal yang bodoh, berjalan berputar tak jelas, dia tampak lucu di hadapanku. Mungkin waktu tidak memungkinkan untuk ku, dia harus balik lebih awal karena dia harus menghadiri nobar Liga Champion di kompleks rumahnya.
                “adek, saya pulang dulu ya”, dan ku jawab dengan anggukan kepalaku dan ku mulai beranjak dari kursiku. “yasudah tidak jadi dek, ada sesuatu yang belum saya sampaikan”, aku pun kembali duduk dan saya bertanya ada apa sebenarnya. Dia pun duduk di hadapanku dan terdiam.
                Speechless, dia mengatakan, “kakak sayang adek”, aku pun tersenyum. Dia menggenggam tanganku dengan erat, dan mengucapkan sekali lagi “kakak sayang kamu adek”, “adek juga sayang kakak” jawabku dengan tulus. Tampak wajahnya tak ingin meninggalkan ku waktu itu.
                Namun dia harus meninggalkan ku malam itu “bye adek, kakak sayang kamu dek”. Di depan pagar ku berpesan untuk dia lebih berhati-hati dijalan. Hati sangat bahagia mengingat kejadian sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar