Keesokannya, di hari terakhir pelatihanku tepat pukul 15.15 Pria Bertopi itu yang kini menjadi kekasihku kembali datang menemuiku. Kami ngobrol diruang tamu di temani Kak Igar membicarakan topik yang menurutku “gak banget”, gimbal!!! Aku jadi pusing mendengarkan perbincangan mereka dan aku permisi masuk ke dalam.
Tak lama kemudian, keluarlah Dinda memanggil Kak Igar untuk memberitahukan agar mereka balik ke rumah. Mereka pun meninggalkan tempat dan tinggallah kami berdua di ruang tamu.
Ku memulai pembicaraan dengan meminta kartu identitasnya, sejenak ia terdiam seakan memikirkan sesuatu dan memasukkan kembali kartunya. Aku pun mulai memaksanya untuk memberikan kartunya padaku tetapi dia sama sekali tidak peduli. Aku menjadi penasaran ada apa dengannya, ada apa dengan kartu identitasnya, apa yang dia sembunyikan dariku.
Satu jam berlalu dia masih tetap tidak ingin memberikan kartu identitasnya padaku, aku marah padanya dan tetap saja tidak perduli. Masuk ke menit sepuluh dia pun memulai pembicaraan, “kita mempunyai jalan yang berbeda sayang”, dia membuatku bingung.
Ya Tuhan apa maksud kata-kata yang dia ucapkan?. Ia pun terdiam, perlahan dia mulai menjelaskan. “Kakak keturunan daerah Jawa, tepatnya Jawa Timur, mama menganut agama Katholik, Kakak enam bersaudara dan semuanya ikut dengan mama”, aku pun terdiam tak menyangka apa yang dia katakan barusan.
Ternyata aku tak sekeyakinan dengannya. Dia pun memulai pembicaraan, “terserah sekarang adek mau bagaimana, aku tidak mau sakit hati lagi hanya karena perbedaan ini”, “sayang, perbedaan itu bukan jadi suatu penghalang untuk memulai semuanya, percaya denganku sayang” jawabku. Aku sangat sayang dengannya, tak ada niat sekalipun untuk meninggalkannya, aku mencintainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar